BAB IV
HASIL PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian
Dalam
penelitian ini, data hasil prestasi siswa diperoleh dari post test yang
diberikan kepada dua kelas sebagai sampel. Kelas X.A sebagai kelas eksperimen
dan kelas X.B sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen diterapkan model
pembelajaran kooperatif Think Pair Share
(TPS) dan kelas kontrol diterapkan model pembelajaran Konvensional. Hasil
prestasi belajar siswa dapat dilihat pada lampiran. Namun, untuk lebih jelasnya berikut disajikan data hasil post tes kelompok Think Pair Share (TPS) dan konvensional pada
tabel 4.1 berikut.
Tabel
4.1. Deskripsi
Data Post-Test Prestasi Belajar
Siswa
Kelompok
|
Jumlah Siswa
|
Nilai
Tertinggi
|
Nilai Terendah
|
Rata-Rata
|
Standar Deviasi
|
TPS
|
24
|
90
|
45
|
69,17
|
11,776
|
Konvensional
|
24
|
80
|
40
|
59,21
|
8,673
|
Berdasarkan tabel 4.1 tampak jumlah data, nilai tertinggi, nilai terendah, nilai rata-rata dan nilai standar deviasi dari nilai prestasi belajar siswa baik yang diajarkan dengan TPS maupun kelas yang diajarkan dengan Konvensional. Data prestasi belajar mendeskripsikan bahwa untuk kelompok TPS dan Konvensional dengan jumlah siswa kelas TPS 24 dan kelas Konvensional 24 memiliki nilai rata-rata masing-masing kelompok tersebut adalah 69,17 untuk kelas TPS dan 59,21 untuk kelas Konvensional. Dari data tabel terlihat bahwa untuk kelas TPS, nilai tertinggi prestasi belajarnya adalah 90, nilai terendah 45, nilai rata-rata 69,17 dan nilai standar deviasinya adalah 11,776. Sedangkan untuk kelas Konvensional nilai tertinggi adalah 80, nilai terendah 40, nilai rata-rata 59,21 dan nilai standar deviasinya adalah 8,673. Berdasarkan
data tersebut, maka nilai rata-rata siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) lebih tinggi daripada nilai rata-rata siswa yang diajarkan dengan Konvensional. Penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol juga dapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Untuk distribusi frekuensi nilai tes akhir kelas eksperimen disajikan dalam tabel 4.2 dibawah ini.
Kelas
Interval
|
Nilai
Tengah
|
Frekuensi
|
45-52
|
48,5
|
2
|
53-60
|
56,5
|
4
|
61-68
|
64,5
|
5
|
69-76
|
72,5
|
7
|
77-84
|
80,5
|
3
|
85-92
|
88,5
|
3
|
Jumlah
|
24
|
Dari tabel 4.2 di atas terlihat bahwa
frekuensi terbesar terletak pada nilai tengah 72,5. Ini berarti nilai paling
banyak yaitu pada interval nilai 69 - 76 dengan banyak frekuensi 7 yang berarti bahwa terdapat
7 siswa yang mendapatkan nilai pada kisaran 69 – 76, dan
frekuensi terendah berada pada interval 45 – 52
dengan banyak frekuensi 2
yang berarti bahwa terdapat 2
siswa yang mendapatkan nilai pada kisaran 45 – 52. Nilai
rata-rata siswa 69,17 terletak
pada interval 61 – 68 pada
nilai tengah 64,5 dengan frekuensi 5. Prestasi belajar siswa
cenderung terdistribusi di atas rata-rata, dan sebagian lainnya terdistribusi
di bawah rata-rata. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam histogram yang
ditunjukkan oleh gambar 4.1 sebagai berikut.
Untuk distribusi frekuensi nilai test akhir kelas kontrol
disajikan pula dalam tabel 4.3 dibawah ini.
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Nilai Post-Test Kelas
Kontrol
Kelas
Interval
|
Nilai
Tengah
|
Frekuensi
|
40-46
|
43
|
2
|
47-53
|
50
|
5
|
54-60
|
57
|
8
|
61-67
|
64
|
4
|
68-74
|
71
|
3
|
75-81
|
78
|
2
|
Jumlah
|
24
|
Dari tabel 4.3 di atas terlihat bahwa
frekuensi terbesar terletak pada nilai tengah 57. Ini berarti nilai paling
banyak yaitu pada interval nilai 54 - 60 dengan banyak frekuensi 8 yang berarti bahwa terdapat
8 siswa yang mendapatkan nilai pada kisaran 54 - 60, dan
frekuensi terendah berada pada interval 40 – 46 dan
75 – 81 dengan banyak frekuensi
masing-masing 2
yang berarti bahwa terdapat 2
siswa yang mendapatkan nilai pada kisaran 40 – 46 dan
75 – 81. Nilai rata-rata siswa 59,21 terletak
pada interval 54 – 60 pada nilai tengah 57 dengan frekuensi 8.
Prestasi belajar siswa cenderung terdistribusi di atas rata-rata, dan sebagian
lainnya terdistribusi di bawah rata-rata. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam histogram yang
ditunjukkan oleh gambar 4.2 sebagai berikut.
A. Analisis Data
1.
Pengujian
Prasyarat Analisis
Sebelum
hipotesis dalam penelitian ini diuji terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat
analisis dalam hal ini adalah uji normalitas dan uji homogenitas data. Penjelasan
lebih detail tentang uji normalitas data dan uji homogenitas data sebagai
berikut.
a.
Uji Normalitas
Untuk
mengetahui apakah antara kedua kelompok sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal atau tidak maka dilakukan uji normalitas data. Uji
normalitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah chi- kuadrat. Data yang digunakan untuk uji normalitas
diambil dari hasil tes akhir masing-masing kelompok, dari data tersebut
dilakukan perhitungan sehingga didapatkan hasil secara ringkas terlihat pada
tabel 4.4 berikut dan untuk lebih jelasnya lagi dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 4.4 uji normalitas
data tes akhir
Kelas
|
Kriteria
|
||
Eksperimen
|
1,365
|
7,815
|
Normal
|
Kontrol
|
3,065
|
7,815
|
Normal
|
Dari
tabel di atas untuk kelompok eksperimen menunjukkan bahwa harga hitung adalah
1,365 sementara harga kritik tabel adalah 7,815
karena tabel >hitung maka dapat disimpulkan sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal sedangkan untuk kelompok kontrol harga adalah 3,065 sementara harga
kritik tabel adalah 7,815 karena tabel >hitung maka dapat
disimpulkan sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
b.
Uji Homogenitas
Uji
homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol berasal dari sampel yang sama (homogen). Data yang digunakan untuk
menentukan homogen atau tidaknya kedua kelompok diambil dari hasil tes akhir untuk masing-masing kelompok.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh Fhitung sama dengan 1,84 dan Ftabel sama dengan 2,02. Berdasarkan kriteria yang ada yaitu apabila Fhitung < Ftabel maka kedua kelompok tersebut berasal dari sampel
homogen, artinya kedua kelompok mempunyai kemampuan awal yang sama. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada lampiran 23.
2.
Uji Hipotesis
Setelah
terpenuhi persyaratan analisis tersebut, maka dapat dilakukan uji hipotesis
guna memenuhi apakah hipotesis yang telah di ajukan diterima atau ditolak.
Rumus yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah
dengan t tabel pada taraf signitifkan 5%
(0,05). Dari perhitungan data diperoleh
nilai t hitung = 3,343 sedangkan t tabel = 2,015. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 24.
Dilihat dari hasil analisis bahwa nilai thitung ≥ ttabel atau - thitung ≤ - ttabel yaitu 3,343 ≥ 2,015 atau -3,343
≤ -2,015 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) berpengaruh terhadap terhadap prestasi
belajar fisika materi pokok listrik dinamis pada siswa kelas X MA NW Korleko
tahun pembelajaran 2013/2014.
B.
Pembahasan
Hasil Analisis
Model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share (TPS) merupakan salah satu model pembelajaran yang dirancang untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa pada pelajaran fisika, salah satunya pada
materi Listrik Dinamis. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS
ini sangat membantu peserta didik untuk lebih
berprestasi
lagi. Hal ini disebabkan karena di dalam
pembelajaran siswa berperan aktif untuk mencari tahu apa yang diharapkan oleh
pendidik dan peserta didik. Dengan dasar itu maka pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share terhadap peningkatan
prestasi belajar siswa pada konsep Listrik
Dinamis memiliki pengaruh.
Dalam
model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share ini, siswa bekerjasama dengan teman sebangku untuk menyelesaikan
masalah yang diberikan oleh guru. Tahap awal yang dilakukan oleh siswa adalah Think yaitu tahap berpikir. Pada tahap
ini siswa akan menjawab soal atau masalah yang diberikan oleh guru secara individu.
Setelah masing-masing siswa menemukan jawaban mereka masing-masing, tahap
selanjutnya adalah Pair yaitu
berpasangan dengan teman sebangku untuk mendiskusikan masing-masing jawaban
mereka. Dengan begitu siswa akan tambah paham dengan jawaban mereka, karena
sebelumnya sudah dipikirkan terlebih dahulu. Setelah hasil jawaban mereka
masing-masing didiskusikan dengan teman sebangku maka hasil diskusi ini
selanjutnya di presentasikan di depan kelas untuk ditanggapi oleh semua teman
kelas (Share). Model pembelajaran ini
sangat efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa karena siswa lebih
aktif belajar, baik secara individu maupun kelompok. Dengan belajar berkelompok
maka akan menambah pemahaman siswa untuk lebih lama mengingat dan memahami
pelajaran tersebut. Berbeda dengan model pembelajaran
konvensional yang lebih cenderung gurunya lebih aktif sehingga siswanya kurang
semangat dan kadang mengantuk
pada saat pembelajaran berlangsung. Dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share (TPS) siswa lebih cepat memahami pelajaran karean cenderung lebih
aktif dalam mencari jawaban atas permasalahan yang diberikan oleh guru. Peroses
pencarian sendiri ini akan mempercepat dan memperkuat tingkat pemahaman siswa
sehingga prestasi siswa dapat ditingkatkan dengan mudah.
Berdasarkan
post test dan analisis data didapatkan nilai rata-rata pada kelompok eksperimen 69,17 dari skor maksimal 90 dan skor minimal 45 dan nilai rata-rata kelompok kontrol 59,21 dari skor
maksimal 80 dan skor minimal 40. Sehingga dapat diketahui bahwa penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share mempunyai pengaruh yang posistif terhadap hasil belajar siswa
khususnya pada materi pokok
Listrik Dinamis.
Dari hasil pengujian hipotesis, ternyata hipotesis alternatif (Ha) diterima.
Pengujian hipotesis dalam penelitian menggunakan uji hipotesis dengan t-tes dua
pihak dan dari perhitungan statistiknya diperoleh nilai thitung = 3,343
selanjutnya harga thitung tersebut dibandingkan dengan harga ttabel
dengan taraf signifikan 5% diperoleh ttabel = 2,015
maka thitung ≥ ttabel atau - thitung ≤ - ttabel yaitu 3,343 ≥ 2,015 atau -3,343
≤ -2,015. Maka hasil
pengujian hipotesis adalah Ho ditolak dan Ha diterima.
Dari
hasil pengujian tersebut ternyata ada pengaruh pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) berperngaruh
terhadap prestasi belajar fisika materi pokok listrik dinamis pada siswa kelas
X MA NW Korleko tahun pembelajaran 2013/2014. Karena nilai analaisis uji t
menunjukkan angka posotif yaitu t hitung lebih besar dari t tabel maka model
pembelajaran kooperatif tipe TPS berpengaruh positif terhadap prestasi belajar
siswa.
BAB
V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS berpengaruh
terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok
Listrik Dinamis kelas X MA NW Korleko tahun pembelajaran 2013/2014.
2. Karena
hasil nilai rata-rata prestasi
dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS lebih besar dari nilai rata-rata prestasi belajar dengan pembelajaran konvensional
dan thitung > ttabel,
maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS mempunyai pengaruh
positif dibandingkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
B. Saran
Penulis memberi beberapa saran sebagai
berikut:
1. Mengingat adanya pengaruh penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS maka
hendaknya guru dapat mengajar dengan menggunakan model pembelajaran tersebut sehingga hasil belajar fisika yang diperoleh siswa akan meningkat.
2. Dalam pembelajaran fisika dengan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS,
sebaiknya guru menyiapkan LKS yang berisi langkah-langkah dengan pertanyaan
detail untuk menggambarkan langkah-langkah kegiatan yang harus dilakukan siswa.
3. Dalam pembelajaran fisika, guru harus bisa menciptakan
proses pembelajaran yang lebih menarik agar siswa tidak merasa bosan pada saat
proses pembelajaran.
4. Siswa harus lebih aktif dalam proses pembelajaran agar
siswa dapat mengembangkan konsep mereka sendiri sehingga pembelajaran akan
menjadi lebih bermakna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan.